Gambar televisi yang kesemutan sepertinya akan segera menjadi kenangan saja bagi kita. Hal ini memang sudah menjadi prediksi atau angan2 jauh2 hari saat pertama kali teknologi audio video mulai beralih menggunakan system digital. Dalam aplikasinya TV digital sebenarnya telah ada beberapa tahun yang lalu, ini ditandai dengan berubahnya modulasi analog ke digital pada sistem TV sattelite yang lebih familiar dengan siaran TV parabola. Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Memang pada modulasi digital memiliki bnyak keunggulan dibanding modulasi analog, sinyal digital akan menghasilkan gambar yang lebih halus dan tajam, efek noise lebih rendah, memungkinkan terjadinya proses (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code), dan efek dopler akibat pergerakan di TV yang bergerak seperti TV di mobil, bus, kereta atau telepon selular menjadi lebih rendah, sifat sinyal digital yang less bandwith atau irit pemakaian bandwith. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda. Dari keunggulan ini tidak berarti teknilogi ini tidak memiliki kelemahan, kulitas sinyal yang minim pada batas tertentu proses (recovery) tidak dapat dilakukan sehingga kita memperoleh efek tampilan seperti VCD atau DVD yang rusak (tersendat-sendat).
Di Jerman, proyek penggunaan sinyal digital telah dimulai sejak 2003 di Berlin dan 2005 di Muenchen. Sekarang hampir di seluruh kota besar di Jerman menyiarkan siaran TV digital. Di Amerika Serikat, siaran TV digital sampai perlu mandat dari kongres unutk memulai proyek ini pada tahun 2009. Jepang akan memulai siaran TV digital massal pada 2011. Di beberapa negara lain seperti Perancis dan Inggris bahkan sudah memulai menghentikan total siaran TV analog. Bagaimana dengan di Indonesia? Pada 13 Agustus lalu TVRI melakukan soft launching siaran TV digital pertama kali di Indonesia, sepertinya era TV analog akan benar-benar ditinggalkan. TV digital menggunakan tiga sistem standar, yaitu DTV (Digital Television) standarnya Amerika, DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), standarnya Eropa dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial) standarnya Jepang. Indonesia tampaknya akan menggunakan DVB-T.
Bagaimana televisi dapat menerima siaran digital? Ada dua alternatif yang dapat kita tempuh. Pertama, diperlukan pesawat TV digital yang baru. Jelas solusi pertama ini menguntungkan produsen karena jelas permintaan produk TV digital jadi booming. Kedua, dengan mensiasati TV lama dengan menambahkan alat converter atau adapter. Hal ini seperti terjadi pada saat siaran UHF pertama kali muncul, tetapi televisi model lama ada yang belum memiliki fasilitas chanel tersebut. Sedang yang dibutuhkan untuk dapat menerima siran digital ini adalah seperangkat Converter box Receives Digital TV broadcasts dan converts to Analog.
Memang pada modulasi digital memiliki bnyak keunggulan dibanding modulasi analog, sinyal digital akan menghasilkan gambar yang lebih halus dan tajam, efek noise lebih rendah, memungkinkan terjadinya proses (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code), dan efek dopler akibat pergerakan di TV yang bergerak seperti TV di mobil, bus, kereta atau telepon selular menjadi lebih rendah, sifat sinyal digital yang less bandwith atau irit pemakaian bandwith. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda. Dari keunggulan ini tidak berarti teknilogi ini tidak memiliki kelemahan, kulitas sinyal yang minim pada batas tertentu proses (recovery) tidak dapat dilakukan sehingga kita memperoleh efek tampilan seperti VCD atau DVD yang rusak (tersendat-sendat).
Di Jerman, proyek penggunaan sinyal digital telah dimulai sejak 2003 di Berlin dan 2005 di Muenchen. Sekarang hampir di seluruh kota besar di Jerman menyiarkan siaran TV digital. Di Amerika Serikat, siaran TV digital sampai perlu mandat dari kongres unutk memulai proyek ini pada tahun 2009. Jepang akan memulai siaran TV digital massal pada 2011. Di beberapa negara lain seperti Perancis dan Inggris bahkan sudah memulai menghentikan total siaran TV analog. Bagaimana dengan di Indonesia? Pada 13 Agustus lalu TVRI melakukan soft launching siaran TV digital pertama kali di Indonesia, sepertinya era TV analog akan benar-benar ditinggalkan. TV digital menggunakan tiga sistem standar, yaitu DTV (Digital Television) standarnya Amerika, DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), standarnya Eropa dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial) standarnya Jepang. Indonesia tampaknya akan menggunakan DVB-T.
Bagaimana televisi dapat menerima siaran digital? Ada dua alternatif yang dapat kita tempuh. Pertama, diperlukan pesawat TV digital yang baru. Jelas solusi pertama ini menguntungkan produsen karena jelas permintaan produk TV digital jadi booming. Kedua, dengan mensiasati TV lama dengan menambahkan alat converter atau adapter. Hal ini seperti terjadi pada saat siaran UHF pertama kali muncul, tetapi televisi model lama ada yang belum memiliki fasilitas chanel tersebut. Sedang yang dibutuhkan untuk dapat menerima siran digital ini adalah seperangkat Converter box Receives Digital TV broadcasts dan converts to Analog.
0 komentar:
Post a Comment